Program Studi Pendidikan Kimia FKIP ULM telah menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional dengan mengusung tema “Pembelajaran Kimia di Lingkungan Lahan Basah Berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics) untuk Mendukung Kebijakan Merdeka Belajar di Era 4.0″. Kegiatan ini berlangsung pada hari sabtu (17/10/2020) secara daring (online) melalui ZOOM Meeting dan peserta kegiatan terdiri dari seluruh dosen dan mahasiswa Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Lambung Mangkurat serta peserta umum yang terdiri dari dosen, guru, dan juga mahasiswa instansi lain dengan jumlah sekitar 200 orang. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dekan FKIP ULM Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si yang sebelumnya sambutan dari Ketua Jurusan PMIPA FKIP ULM, Dr. Syahmani, M.Si. juga disampaikan dan Dr. Arif Sholahuddin, M.Si. selaku moderator pada kegiatan ini.
Peserta yang hadir dalam kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Kimia (SEMNASPKIM) tahun 2020
Sambutan oleh Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Dr. Syahmani, M.Si.
Dekan FKIP ULM, Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si. memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan SEMNASPKIM 2020
Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., Dr. Munzil, M.Si. dan Dr. H. Rusmansyah, M.Si. merupakan narasumber yang dihadirkan pada kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Kimia tahun ini. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si. merupakan guru besar FMIPA Universitas Negeri Semarang dan beliau pakar yang sangat mumpuni dalam pembelajaran etnosains. Dr. Munzil, M.Si., merupakan dosen Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang yang sangat mumpuni dalam bidang yang sesuai tema yang dibahas, yaitu tentang Pembelajaran Kimia berbasis Digital Literacy dan Dr. H. Rusmansyah, M.Si. merupakan dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Lambung Mangkurat, beliau membawakan salah satu model pembelajaran kimia inovatif yakni Model SCT (Science Crotical Thinking).
Narasumber I, Prof. Dr. Sudarmin, M.Si.
Narasumber II, Dr. Munzil, M.Si.
Narasumber III, Dr. H. Rusmansyah, M.Pd.
Prof. Sudarmin mengatakan bahwa “Indigeneous knowledge” merupakan pengetahuan lokal yang memiliki potensi untuk dieksplorasi dalam kajian kimia seperti ragamnya kekahasan daerah Kalimantan Selatan yakni tanaman gambut, batu bara, lahan gambut dan hal-hal lokal lain yang unik untuk dibahas dalam kajian ilmu kimia. Bahkan, Prof. Sudarmin menambahkan bahwa pendekatan STEAM merupakan metode yang tepat dan ilmiah yang bisa diadopsi oleh mahasiswa untuk membuat projek dan ataupun skripsi. Etnosains & STEAM merupakan kolaborasi konsep yang kreatif dan inovatif dalam mengakomodir keterampilan mahasiswa dalam berkembang. Implementasi ini juga salah satu indikator dalam mendukung konsep kurikulum merdeka belajar agar mereka (peserta didik) tidak hanya luas secara kognitif tetapi mereka memiliki keterampilan termasuk pengetahuan tentang kearifan lokal. Artinya, pemanfaatan lahan gambut dan atau tanaman-tanaman lain yang khas di Kalimantan Selatan adalah pemicu dalam memumbuhkan kreatifitas pola pikir dan mental peserta didik dan mengembangkan keterampilan peserta didik dalam konteks literasi. Integrasi kearifan lokal dan ilmu kimia merupakan konteks yang sangat relevan dengan etnosains dan pendekatan STEAM yang dibahas sehingga hal ini bisa menjadi pedoman dan suatu pembaharuan dalam pengajaran dan pembelajaran kimia.
Pemaparan materi oleh narasumber I
Selanjutnya, Dr. Munzil, M.Si membawakan materi terkait pemanfaatan teknologi dan kaitannya dengan ilmu kimia dan pendidikan sains secara luas. Bapak Dr. Munzil mengingatkan bahwa setiap manusia pelru menyadari bahwa alam semesta adalah hal yang bersifat vital dan sangat bersentuhan dengan kehidupan manusia sehingga alam semesta merupakan objek utama dalam memicu pola pikir dan pengetahuan. Bapak Dr. Munzil menambahkan bahwa alam semesta secara tepat perlu diintegrasi dalam suatu sumber belajar yang tepat. Kemudian, sumber belajar yang dipelajari dana ataupun dikembangkan tidak hanya meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka tetapi mereka paham bagaimana ilmu kimia secara mendalam misalnya, mampu memahami dan menginterpretasi kajian yang dipelajari. Beliau juga menambahkan bahwa STEAM juga merupakan pendekatan yang sangat cocok diterapkan dalam mengakomodir masalah-masalah dalam pembelajaran kimia. Beliau menekankan bahwa pemahaman secara submikroskopik dan model mental merupakan orientasi utama dalam untuk dikonstruk sehingga perlunya desain pembelajaran yang inovatif dan ilmiah
Pemaparan materi oleh narasumber II
Pemateri selanjutnya, Dr. H. Rusmansyah, M.Pd. dengan membawa teman yang masih relevan dengan tema seminar nasional pendidikan kimia. Sebelumnya, Dr. Munzil sempat menjelaskan bahwa jika STEM bisa berubah menjadi STEAM, maka Dr. Munzil menambah aspek Religius sehingga menjadi STREAM (Science, Technology, Religious, Engeneering, Mathematics). Aspek “R” dalam STREAM yakni Religious diungkapkan oleh Bapak Dr. H. Rusmansyah bahwa aspek R ini merupakan salah satu unsur yang perlu juga mendapat atensi yang besar khususnya dalam mengembangkan suatu penelitian agar tertanam nilai-nilai keagamaan didalam pribadi calon generasi emas di masa depan. Dr. H. Rusmansyah juga pernah mengembangkan model pembelajaran kimia yakni Model SCT (Science Crotical Thinking) dengan tujuan untuk mengarahkan bagaimana peserta didik memiliki model mental dan struktur kognitif yang ilmiah dalam menyikapi masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran kimia di kelas. Artinya, pemateri kita (Prof. Sudarmi, Dr. Munzil, dan Dr. H. Rusmansyah) memiki penjelasan yang saling berkaitan satu sama lain di mana setiap pengajar, peneliti, dan guru memiliki peran yang sama yakni memiliki kesadaran untuk bersinergi dengan era teknologi yang sedang dijalani saat ini dan bagaimana pendidikan kimia menjadi jembatan dalam membuat suatu perubahan dan pembaharuan dalam meningkatkan kualitas luusan dan pembelajaran kimia saat ini dan di masa yang akan mendatang. Hal ini juga terkait dengan impelmentasi kurikulum merdeka MB-KM sehingga tugas pemerhati pendidikan (guru, dosen, peneliti, dst) bersifat komplek sejingga butuh kerja sama dan kolaborasi yang tepat dan ilmiah
Pemaparan materi oleh narasumber III
Setelah pemaparan materi oleh seluruh narasumber berakhir, sesi selanjutnya adalah diskusi antara narasumber dengan peserta. Seluruh peserta dapat menanyakan tentang apapun yang terkait dengan materi dan pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab secara mendetail oleh narasumber. Pada kesempatan tersebut, terlihat bahwa para peserta dosen, guru, dan mahasiswa serta peserta umum sangat antusias untuk melakukan diskusi dengan narasumber. Hal tersebut menunjukkan bahwa materi yang diberikan oleh narasumber cukup memotivasi para peserta.